Jumat, 14 Maret 2014

( BASIC LIFE SUPPORT )

Oleh : dr. IGN Truly Mahendra
Ka IGD RSJ Menur
PENDAHULUAN
Bantuan hidup dasar (BHD) / Basic Life Support (BLS) adalah upaya-upaya dan tindakan resusitasi kardiopulmonal (RKP) yang dilakukan baik oleh orang awam atau tenaga medis yang terlatih dan terampil untuk membantu dan memberikan pertolongan cepat dan tepat kepada pasen yang sedang terancam kematian akibat henti jantung dan nafas sambil menunggu bantuan atau memindahkan ketempat yang lebih layak dan memadai.

HENTI JANTUNG DAN RANGKAIAN RESUSITASI
Kebanyakan korban henti jantung mendadak menunjukkan fibrilasi ventrikel pada awalnya, diikuti henti nafas dan kehilangan kesadaran, maka rangkaian pertolongan harus diawali dengan memastikan ada tidaknya kesadaran dan mengaktifkan regu penolong dengan cara berteriak atau menggunakan alat komunikasi, barulah dimulai tindakan pertolongan yang terangkai dalam :
" survei primer ABCD (A: airway - jalan nafas; B: breathing - pernafasan; C: cirkulation – sirkulasi - hemodinamik; D: defibrilator)."
Keberhasilan usaha pertolongan akan sangat besar bila dilakukan dalam 5 menit sejak kolaps untuk mempertahankan hidup dan fungsi otak umumnya.


MENILAI KESADARAN
Periksa pasien dan lihat responsnya dengan menggoyang bahu pasien dgn lembut dan bertanya dgn cukup keras
“apakah kamu baik-baik saja?” atau “siapa namamu?”
  1. Bila pasien menjawab atau bergerak; biarkan pasien tetap pada posisi ditemukan kecuali bila ada bahaya pada posisi tsb, dan dipantau terus menerus.
  2. Bila pasien tdk memberikan respons; aktifkan LGD/EMS; teriaklah mencari bantuan, sambil membuka jalan nafas.

MENGAKTIFKAN LAYANAN GAWAT DARURAT (LGD)/ EMS
Meminta bantuan dengan berteriak atau menelepon LGD/EMS misalnya 118. Pada waktu meminta bantuan sebutkan lokasi kejadian, jenis kejadian, misalnya serangan jantung, trauma, dll, berapa pasien yg perlu bantuan, kondisi pasien, bantuan apa yg sudah diberikan dll.

AIRWAY (JALAN NAFAS)
Apabila pasien tidak memberikan respons, pastikan apakah pasien bernafas dengan sempurna. Untuk menilai pernafasan, pasien harus pada posisi terlentang dengan jalan nafas terbuka.
Posisi terbaik pasien untuk dinilai pernafasan dan diberi bantuan resusitasi adalah posisi telentang pada dasar yang keras dan datar. Apabila pada saat ditemukan pasien dalam posisi telungkup, maka harus ditelentangkan secara simultan antara kepala, bahu dan dada tanpa memutar badan (teknik roll-on).

Buka Jalan Nafas
Pada pasien yg tidak sadar, maka tonus otot2 rahang lemah sehingga lidah dan epiglotis dapat menyumbat farings atau jalan nafas atas.
Apabila tidak ada riwayat trauma kepala/leher, penolong dpt membuka jalan nafas dgn cara angkat kepala-angkat dagu (head tilt-chin lift maneuver). Cara lain adalah dgn dorong rahang bawah (jaw thrust maneuver).

BREATHING (PERNAFASAN)
Sambil mempertahankan jalan nafas terbuka, dinilai pernafasan dengan mendekatkan telinga ke hidung dan mulut pasien.
LIHAT, DENGAR, RASAKAN ada tidaknya udara keluar masuk :
  • Lihat pergerakan dada naik turun
  • Dengar suara nafas pada mulut pasien
  • Rasakan hembusan nafas dengan pipi
  • Penilaian tidak boleh lebih dari 10 detik
  • Bila pernafasan adekuat, posisikan pd posisi mantap (bila tdk ada riwayat trauma leher), pantau terus dan cari bantuan
  • Bila tdk ada nafas; cari bantuan. Pasien diposisikan telentang, buka jalan nafas dan bersihkan sumbatan di dalam mulut pasien, dan berikan bantuan nafas.
Pernafasan Buatan
Bantuan ini harus diberikan pada semua pasien yg tidak bernafas atau pernafasannya tidak adekuat. Beberapa cara memberikan bantuan pernafasan adalah :
  • Bantuan pernafasan mulut ke mulut
  • Bantuan pernafasan mulut ke hidung
  • Bantuan pernafasan mulut ke sungkup
  • Bantuan pernafasan dengan kantung nafas buatan (bag mask device)
Pernafasan Buatan Mulut ke Mulut
Nafas buatan mulut ke mulut adalah cara yang paling sederhana, cepat meskipun menggunakan udara ekhalasi penolong dengan kadar oksigen sekitar 16% saja.
Caranya:
  • Pertahankan head tilt-chin lift
  • Jepit hidung dengan ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang melakukan head tilt
  • Buka sedikit mulut pasien
  • Tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong melingkari mulut pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan selama 2 detik dan pastikan sampai dada terangkat
  • Tetap pertahankan head tilt-chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut pasien, lihat apakah dada pasien turun waktu ekshalasi.
Pernafasan dengan Kantung Nafas Buatan
Alat kantung-nafas terdiri dari kantung dan katup satu arah yang menempel pada sungkup muka.
Caranya:
  • Bila dengan 2 penolong, Satu penolong pada posisi diatas kepala pasien menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan kanan untuk mencegah agar tidak terjadi kebocoran disekitar sungkup dan mulut, jari-jari yang lain mengangkat rahang bawah dengan mengekstensikan kepala sembari melihat pergerakan dada. Penolong kedua secara perlahan (2 detik) memompa kantung sampai dada terangkat.
  • Bila 1 penolong, dengan ibu jari dan jari telunjuk melingkari pinggir sungkup dan jari-jari lainnya mengangkat rahang bawah, tangan yang lain memompa kantung nafas sembari melihat dada terangkat.

CIRCULATION
Henti jantung mengakibatkan tidak adanya tanda-tanda sirkulasi, artinya tidak ada nadi. Pada prakteknya penilaian tanda ada tidaknya sirkulasi oleh penolong adalah:
  • Setelah memberikan 2 kali nafas ke pasien yang tidak sadar, dan tidak bernafas, lihat apakah ada tanda-tanda sirkulasi, yakni ada nafas, batuk, dan gerakan-gerakan tubuh.
  • Bila pasien tidak bernafas, batuk, atau melakukan gerakan, lakukan pemeriksaan nadi karotis.
  • Penilaian ini tidak boleh lebih dari 10 detik.

KOMPRESI DADA
Teknik kompresi dada adalah memberikan tekanan pada setengah bawah tulang dada (sternum) berulang-ulang dan berirama.
Menentukan Lokasi Kompresi dan Posisi Tangan
  • Tentukan lokasi kompresi setengah-bagian-bawah tulang dada dengan telunjuk dan jari tengah menyusur batas bawah iga sampai titik temu dengan sternum
  • Posisikan tumit tangan satunya di atas sternum tepat disamping telunjuk tersebut. Ini adalah titik tumpu kompresi
  • Tumit tangan satunya diletakkan diatas tangan yang sudah berada tepat di titik kompresi
  • Jari - jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat agar tidak ikut menekan
  • Penolong mengambil posisi tegak lurus diatas dada pasien dengan siku lengan lurus, menekan sternum sedalam 4-5cm
  • Ulangi gerakan kompresi, lepas, kompresi, lepas sekitar 100 kali permenit; rasio kompresi dan melepas adalah 1:1
  • Setiap selesai 30 kali kompresi dada, buka jalan nafas dan berikan 2 nafas buatan efektif, kemudian kompresi dada lagi 30 kali dan seterusnya (30:2).

PENILAIAN DAN EVALUASI
  • Setiap selesai 5 siklus ( 1 SIKLUS terdiri atas 30 kompresi dan 2 ventilasi), dilakukan penilaian tanda-tanda pernafasan dan sirkulasi, durasi 5 siklus dengan frekwensi kompresi dan nafas buatan yang benar memerlukan waktu 2 (dua) menit
  • Apabila belum ada hasil maka pertolongan dilanjutkan
  • Apabila ada tanda – tanda sirkulasi dan atau pernafasan segera dinilai apakah sirkulasi dan pernafasan cukup baik dengan mengukur tensi dan saturasi oksigen, cek kesadaran
  • Bila defibrilator datang lakukan evaluasi irama jantung dan gunakan bila ada indikasi
Sumber: materi pelatihan BHD RSJ Menur tahun 2010 oleh dr. Liliek Murtiningsih, SpJP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar